Wednesday, December 14, 2011
0 Ayo Milih Mana Raport Tulis Tangan atau Raport Print-printnan?
Saya dulu memiliki murid pindahan dari Australia tepatnya tahun 2004 atau 2005 dia tidak memiliki raport seperti di Indonesia yang harus menulis tangan. Rapornya diganti dengan beberapa kumpulan print-printna portofolio dari anak hasil belajar anak tersebut, tapi mohon maaf saya sudah lupa isinya apa saja.
Jika kita bandingkan dengan raport di Indoenisia pada umumnya kita memang beda sih kita harus menulis raport itu dengan tangan yang lumayan capek, dan repotnya jika salah kita harus menggantinya. lebih report laghi jika baliknya sudah ada tanda tangan kepala sekolahnya kita harus mengganti juga raport tahun lalu dan minta bantuan wali kelas yang dulu agar tulisannya sama. Apalagi jika kepala sudah pindah tambah pusing lagi tuh.
Namun begitu kata orang memang ada seninya dan kata temanku ada seninya ada juga yang menagtakan ada sejarahnya dengan menulis dengan tangan. Ada benarnya juga sih, selai itu raport juga sudah terfile dengan khusus sehingga tidak akan tercecer. Atau jika dinilai keaslianya juga lebih berbeda bila dibanding dengan print-printnan.
Di atas ada Gambar raport yang saya kopi dari situs (http://autisfamily.blogspot.com). Menurut saya gurunya luar biasa biosa dibayangkan jika jumlah anak lebih dari 40 wah bisa pegel-pegel ya...tapi yo tidak apa-apa memberi rizki tukang pijit, atau malah pahala lebih banyak karena kerja kerasnya lebih dibanding dengan raport yang hanya ditulis dengan angka2 saja.
Berbicara masalah ini kemarin saya Facebookan dengan dengan guru yang banyak memilki pengalaman dengan hal ini, dan memiliki produk aplikasi pendidikan yang bagus-bagus yaitu Bapak Muhamad Khotib,di sekolahnya dan beberapa sekolah negeri di daerahnya sudah menggunakan raport print-prinan mungkin lebih mudah dan cepat kali. Saya juga berpikir juga begitu kita bisa membuatnya dengan program ofice atau program lain dan lebih cepat dibandingkan dengan menulis tangan, di sekolahku juga sudah tapi hanya untuk laporan nilai yang sementara.
Dengan raport model seperti ini jika ada kesalahan juga mudah menggantinya tidak report banget tinggal print selesai. Walau ada kelemahan jika menggeprintnya tidak menggunakan tinta yang bagus bisa lunturkan jika kena air. Tapi kata pak Muhammad khotib sudah di lapisi dengan pembungkus kedap air jadi ya tetap aman saja.
Wah ini sebenarnya gagasan bagus bagi sekolah yang belum menerapkannya. Walau begitu masih menjadi kontra antara guru yang menghendaki raport jenis lembaran/portofolio yang print-prinan dan raport manual tulis dengan tangan dengan argument masing-masing.
Atau ada juga model sekolah saya jaman dulu yang menggabungkan keduanya ada portofolio bagi anak dan juga ada raport bertuliskan tangan. Capek deh... kata sebagian gurunya. Tapi kata orang jangan dinilai capeknya tapi bagaimana memberikan yang terbaik bagi anak didiknya apalagi jika dinilai dari ibadahnya(teori ya..?). masih ingat prajab katanya (pelayanan prima).
pemilihan menggunakan raport mana, semuanya tentunya tidak lepas dari penentu kebijakan di sekolah masing-masing karena jika tidak ada kebijakan kita sebagai guru biasa tidak bisaa to melangkah. Nah disinilah butuh musyawarah.
Nah sekarang tinggal pilih mana sekolah kita pilih raport dengan tulisan tangan atau model print-printnan. Terserah sama pimpinan Anda. Oh ya Ada yang bertanya temanku tolong di jawab oleh teman yang baca. Bagaimna Efektifitas raport di sekolah untuk menjadi laporan hasil belajar Anak didik??
Semoga bermanfaat tulisan ini. Oh ya yang sependapat dengan raport print-printan berarti seide, yang belum juga ya mungkin bisa beri alasan di sini. maaf juga jika ada salah ketik dan bahasa. terimaksh jika mau berkomentar atau menambah gagasan lain di sini.
Labels:
artikel pendidikan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment