Monday, June 7, 2010

0 Pola Pembinaan Olimpiade Sains Bidang IPA di Sekolah Dasar Menuju Olimpiade Sains Nasional

Oleh Slamet Widiantoro

A.Seputar Olimpiade Sains Nasional
Pada era globalisasi ini perkembangan tekonologi semakin pesat, mau tidak mau kita harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia diberbagai bidang. Untuk meningkatkan sumber daya manusia salah satunya adalah di bidang pendidikan. Dengan kata lain untuk mempersiapkan era global kita harus memiliki pendidikan dengan mutu yang baik, sehingga bidang pendidikan ini harus kita tingkatkan terus menerus mutunya.

Salah satu cara untuk mengetahui peningkatan mutu pendidikan dengan diadakanya OSN. Hal ini dikatakan dalam buku panduan OSN 2009 bidang IPA oleh direktorat pendidikan TK dan SD dalam petunjuk teknisnya yang mengatakan bahwa :

1. Tujuan umum
Secara umum Olimpiade Sains Nasional di tingkat SD/MI bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD/MI secara komprehensif melalui menumbuh kembangkan budaya belajar, kreativitas, dan motivasi meraih prestasi melalui kompetisi yang sehat serta menjunjung tinggi nilai- nilai sportifitas

2. Tujuan khusus:
1)Menyediakan wahana bagi siswa SD/MI untuk mengembangkan bakat dan minatnya di bidang IPA agar dapat berkreasi serta unjuk karya sesuai dengan kemampuaanya
2)Memotivasi siswa agar selalu meningkatkan kemampuan intelektual, emosional, spiritual berdasarkan norma-norma yang sehat sehingga dapat memacu kemampuan berfikir nalar.
3)Menjaring bibit unggul dan berprestasi sebagai calon peserta nasional International Mathemathics and science Olimpiad (IMSO)”

Selain memuat tujun OSN dalam buku teknis petunjuk OSN dikatakan bahwa OSN sistem penjaringan dilakukan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi setelah lolos seleksi di tingkat propinsi siswa berhak maju ke tingkat nasional. Untuk materi tes OSN dikatakan dalam buku tersebut untuk bidang IPA adalah materi IPA kelas IV dan V dan soal berbahasa inggris serta soal percobaan IPA. Soal-soal dari tingkat kabupaten/kota dan propinsi ini di buat daerah dengan rambu-rambu yang ditentukan oleh pusat. Selanjutnya peserta yang telah lolos provinsi mendapat pembinaan dari propinsi masing-masing. Untuk propinsi DIY biasanya diadakan kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Perguruan Tinggi di provinsi DIY, seperti UGM, UNY, UII hal ini dikatakan oleh Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, M. Sudaryanta (http://dikmenum.go.id).

Dalam ajang OSN di tingkat nasional peserta mengikuti serangkaian kegiatan tes, baik teori maupun eksperimen. Dalam mengikuti tes olimpiade ini kadang siswa medapatkan kesulitan dalam mengerjakan soal seperti yang dikatakan Rajali Rasyid, (2006:1) dalam makalahnya, beliau mengatakan bahwa masih banyak siswa yang kesulitan soal olimpiade hal ini dikarenakan ada kesenjangan antara pengalaman yang mereka miliki dengan tingkat kesulitan soal. Kesulitan lain yang biasa dialami siswa juga dalam menjawab soal-soal bahasa inggris seperti pernah dikatakan oleh murid saya Hanani Kusma Sari yang pernah ikut pembinaan Olimipiade Jalur B di Jakarta selama 3 periode, kadang ada kosokata yang tidak dimengerti sehingga harus mencari dari kamus. Selain kesulitan di atas waktu juga kadang menjadi kendala para peserta tes sebagai contoh dalam pelaksanan OSN 2006 di Jawa Tengah dalam soal teori ada jumlah soal 63 peserta hanya di berikan kesempatan mengerjakan soal dalam waktu 60 menit dengan berbagai jenis soal sehingga dari hal ini dibutuhkan keahlian atau teknik untuk mengerjakan soal (harian kompas : 8 september 2006). Dari beberapa hal di atas maka diperlukan upaya pembinaan sejak dini untuk mempersiapkan anak didik dalam menghadapi ajang olimpiade baik itu dari sekolah maupun dari daerah. Sesuai dengan ungkapan Rajali Rasyid (2006 :2) bahwa faktor kesiapan dan iklim kompetisi dalam ajang olimpiade dapat diatas dengan penjaringan dan pembinaan sedini mungkin dan melakukan pembinaan baik itu pada siswa maupun guru.

Setelah mendapatkan pembinaan diharapkan mendapatkan prestasi di ajang OSN. Peserta dalam OSN yang berprestasi akan mendapat medali yang terdiri dari tiga medali yaitu medali emas, perak dan perunggu. Dengan penentuan pemenang dilakukan berdasarkan hasil jawaban siswa dengan teknik penilaian yang telah ditetapkan dalam forum moderasi. Bagi peserta yang terbaik teori dan ekperimen akan mendapatkan piala the best theoritical test dan the best pratical test.
Selain mendapatkan medali dan penghargaan di atas kadang di daerah-daerah tertentu mendapatkan uang pembinaan baik itu di tingkat kabupaten, propinsi, nasional, maupun internasional. Bahkan untuk daerah-daerah tertentu anak yang mendapatkan medali emas akan mendapatkan bonus-bonus tambahan seperti, provinsi DIY juga memberikan penghargaan bagi pemenang di bidang lomba apa pun dan disemua jenjang. Penghargaan ini langsung diberikan oleh gubernur di akhir tahun hal ini dikatakan oleh M. Sudaryanta yang di kutip dari http://dikmenum.go.id. Ada juga yang memberikan biasiswa karena pernah mendapatkan medali emas OSN seperti murid saya atas nama Alwi Herfian Satriatama yang pernah mendapatkan biasiswa di sekolah Internasional di wilayah Semarang yang jika diuangkan biasiswanya mencapai puluhan juta rupiah.

Dengan anak didiknya mendapatkan prestasi seperti di atas tentunya akan membuat bangga gurunya dan secara otomatis membawa nama harum sekolah, maka dari itu sekolah harus menyiapkan benar-benar anak didiknya, seperti sekolah saya raih yaitu pernah mendapatkan medali emas di ajang nasional dua kali yaitu tahun 2005 dan 2006 dan pernah juga mendapatkan The best practical test dan the best teoritical test atas nama Abdullah Syafiq Ediyanto dalam bidang IPA, bahkan sejak tahun 2005 hampir setiap tahun dapat menjadi peserta OSN kecuali tahun 2007. Untuk mengetahui prestasi-prestasi sekolah saya yang sangat banyak dibidang olimpiade sains bisa berkunjung ke situs http://sdmuhcc-yogya.sch.id di link prestasi sekolah.

Dari semua di atas maka akan timbul banyak pertanyaan misalnya bagaimana peran pemerintah daerah dalam rangka membantu sekolah dalam pembinaan OSN di daerahnya? Apa saja kesulitan di alami sekolah atau daerah dalam membina peserta menuju ajang OSN? atau bagaimana pola pembinaan yang dapat kita lakukan agar siswa kita dapat meraih sukses di OSN? Pertanyaan terkahir ini yang kita akan bahas, mengapa karena akan dapat menjadi salah satu referensi atau wawasan bagi sekolah yang akan mengembangkan OSN di sekolahnya.

B.Pola Pembinaan Olimpiade Sains
Dengan melihat gambaran seputar OSN di atas maka di sini akan saya bahas mengenai pola pembinaan OSN di sekolah, hal ini didasarkan atas pengalaman saya dalam pembinaan OSN bidang IPA SD di sekolah, kumpulan informasi ketika saya mengikuti pelatihan atau seminar tentang olimpiade dari pakar yang telah membina di tingkat nasional mupun internasional atau sharing pendapat dari teman pembina dari daerah lain saat mendampingi anak mengikuti OSN.

Dalam pola pembinaan olimpiade sains ini tentunya diperlukan manajemen khusus agar mendapatkan hasil yang terbaik. Mengapa meanjemen, hal ini diungkap oleh Mulyasa, E (2006:20) dalam buku manajemen berbasis sekolah, di sana diungkapkan bahwa dalam manajemen diperlukan empat fungsi yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan. Diungkapkan pula bahwa keempat fungsi itu harus berjalan kesenambungan.

Dari atas maka kita perlu merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan membinanya. Pola pembinaan olimpiade sains disekolah saya juga bisa mengadopsi hal ini. Sehingga pola pembinaan OSN disekolah antara lain adalah perlunya perencanaan pembinaan OSN di tingkat sekolah, pelaksanaan pembinaan olimpiade sains, dan pengawasan serta evaluasi pembinaan OSN disekolah.

1.Perencanaan Pembinaan Olimpiade sains di Sekolah
Tahap pertama yaitu tahap pembinaan yang meliputi, pembentukan tim pembina olimpiade dengan satu koordinator yang bisa diusahakan dari guru sekolah tersebut yang tentunya guru yang sudah mempunyai bekal pelatihan dalam membina olimpiade. Pelatihan pembianan olimpiade ini dapat diperoleh dari seminar-seminar dari pakarnya, sebagai contoh di sekolah saya sering diadakan seminar dalam Jaringan Sekolah Muhamadiyah (JSM) dengan mengundang pakarnya seperti Rajali Rasyid yang menjadi pelatih IMSO SD tingkat nasional atau mengikuti pelatihan dengan tim pembina dari UGM. Namun dalam pembinaan pertama apabila guru belum mampu bisa dipadukan dengan pembina dari luar sekolah yang dianggap mampu.

Persiapan sarana dan prasarana pembinaan seperti buku-buku penunjang dan buku standar olimpiade juga perlu, hal ini karena soal-soal olimpiade standarnya lebih tinggi dibanding dengan soal pelajaran di sekolah. Buku standar olimpiade ini bisa diperoleh dari peserta yang pernah mengikuti OSN tahun lalu, dari pembina OSN atau soal yang ada di pasaran. Seperti waktu itu ketika belum ada buku olimpiade IPA di pasaran pada tahun 2005 saya meminjam dari pembina OSN dari UGM. Buku dengan teks yang berbahasa inggris diperlukan juga, hal ini karena memang dalam OSN ada beberapa materi yang menggunakan bahasa inggris saat tes. Pada waktu itu saya mendapatkan buku-buku singapura dari bapak Wirworo pelatih olimpiade SMP 8 Yogyakarta. Selain itu diperlukan buku-buku ensiklopedia dan buku-buku eksperimen karena di sana banyak materi yang tidak di dapatkan dari buku pelajaran biasa misalnya kamus visual, ensiklopedi sains yang banyak tersedia di pasaran.

Media audio visual dan alat praktek yang mendukung pembinaan olimpiade juga perlu diusahakan hal ini dikarenakan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari materi abstrak atau mungkin materi yang kita tidak memiliki alat praktek. Hal saya pernah lakukan dengan menggunakan CD pembelajaran atau sofware pendukung misalnya encarta premium atau encarta kids. Pada waktu itu saya menggunakan CD pembelajaran pratikum dari buatan KPM yang di dapat saat mengikuti pelatihan olimpiade, dan CD pembelajaran interaktif lain yang ada di sekolah.

Pembagian materi-materi yang akan disampaikan harus rencanakan hal ini sebagai arahan untuk membina dan membantu mengetahui materi-materi mana yang sering keluar di tes OSN. Pembagian materi disesuaikan dengan kemampuan pembina di sekolah. Sebagai contoh saya lebih menguasai fisika maka saya banyak mengajari materi fisika. Selain hal ini diperlukan juga jadwal pembinaan khusus diluar jam pelajaran sehingga membantu siswa untuk secara khusus mempelajari materi olimpiade tanpa mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar pada umumnya.

Melakukan proses penyeleksian siswa yang dianggap memiliki kemampuan menurut saya merupakan hal yang sangat penting pada tahap ini. Berdasarkan pengalaman saya penyeleksian dapat dilakukan dengan cara memilih anak yang memiliki kemampuan dengan syarat-syarat seperti di bawah ini, walaupun hal ini tidak mutlak penentuanya, syarat itu antara lain :

a)memiliki kemampuan IPA diatas rata-rata dan senang dengan pelajaran IPA
b)memiliki kemampuan logika dan daya nalar yang bagus
c)memiliki ketekunan dan sifat kerja keras yang kuat
d)memiliki sifat rajin membaca dan sifat keingintahuan yang tinggi
e)memiliki sifat emosional dan spiritual yang baik.

Peserta yang mengikuti seleksi olimpiade ini adalah sejak mulai kelas IV yang terdiri dari beberapa murid selanjutnya diadakan penjaringan dengan tes tertulis dan lesan serta dengan melihat kriteria sikap seperti di atas, selain itu juga bisa memilih dengan mengetahui nilai saat anak itu mengikuti lomba yang sejenis misalnya saya memilih Muhammad Syafiq Ediyanto karena memang pernah menjadi juara di tingkat propinsi pada lomba IPA pada waktu kelas IV awal.

Dari semua itu yang tidak kalah penting adalah pendanaan untuk menuju OSN. Sehingga diperlukan anggaran secara khusus untuk lomba, misalnya anggaran pengadaan buku standar olimpiade, anggaran pembinaan untuk proses pembinaan, atau anggaran saat pendampingan lomba yang membutuhkan biaya tidak sedikit misalnya biaya transportasi dan akomodasi lomba pendamping lomba. Ataupun bonus bagi peserta yang lolos OSN dan pembinaanya untuk menambah motivasi dalam pelaksanaan OSN.

2.Proses Pembinaan Olimpiade Sains
Proses pembinaan OSN ini materinya meliputi pembinaan teori dan eksperimen yang pada awalnya dilakukan diluar pelajaran sekolah, sehingga tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Materi pembinaan dimulai dengan materi kelas IV dan dilanjutkan dengan materi kelas V dan VI. Jadi pada waktu kelas IV akhir atau V awal siswa diharapkan sudah mampu mengausai materi SD secara tuntas. Setelah tuntas materi SD materi dikembangkan menuju materi-materi SMP yang esensial. Hal ini kami lakukan berdasarkan pengalaman saya ketika mengantarkan pembinaan olimpiade sains nasional jalur B di Jakarta yang saya melihat materinya memang sudah sampai tingkat SMP misalnya tentang biologi sudah mempelajari tentang osmosis.

Setelah itu semua tuntas baru dikembangkan dengan materi standar olimpiade dengan mengerjakan soal-soal latihan dan pembahsanya, namun kadang dalam pelaksanaan dapat berjalan seiring antara materi SMP dengan variasi soal olimpiade. Materi pembinaan juga dikenalkan dengan pembinaan dengan soal-soal bahasa inggris dari buku singapura dan soal-soal eksperimen-eksperimen sederhana yang saya cari dari perpustakaan di Natsuko Sihoya dekat rumah saya selain dengan CD-CD pembelajaran di sekolah.

Bentuk pelaksaaan pembinaan biasanya diawal dalam bentuk klasikal dan namun di akhir dalam bentuk individual. Pembinaan klasikal dilakukan saat siswa masih dalam kelompok besar setelah itu dilakukan penjaringan ulang secara bertahap dengan tes soal-soal standar olimpiade dan selanjutnya dipilih siswa yang mengikuti lomba olimpiade sains. Pembinaan klasikal dilakukan untuk menyiapkan anak pada berbagai event lomba sejenis misalnya olimpiade kwark, atau olimpiade JSM. Pembinaan individual dilaksanakan menjelang lomba, hal ini digunakan untuk memberi pemantapan materi biasanya waktunya bersamaan dengan pembinaan yang dilakukan dengan propinsi atau sebelumnya. Pada saat peserta melakukan pembinaan di propinsi biasanya anak sudah tidak mengikuti pelajaran yang lain dan terfokus pada materi OSN, walau dalam pelaksanaanya kadang anak diberi kesempatan masuk kelas untuk menghindari kejenuhan.

Selain Pembinaan teori dan eksperimen kami juga mengadakan pembinaan mental dan spiritual sesuai dengn tujuan olimpiade ini. Dalam pelaksanaanya tidak ada jadwal khusus namun terintegrasi waktu pembinaan melalui pendekatan personal misalnya :

a)bercerita tentang seorang tokoh atau anak yang suskses dan cara menempuhnya.
b)memberikan motivasi dengan hadiah atau penghargaan jika menjadi juara OSN.
c)memberikan kesiapan mental ketika menang dan kalah saat lomba
d)menyadarkan untuk beribadah dengan rajin atau misalnya mengingatkan untuk sholat tahajut, meminta pertolongan Allah dengan doa, dll
e)mengajari adap sopan santun ketika lomba dan pembinaan olimpiade
f)menumbuhkan rasa percaya diri, kompetitif dan sikap sportif

Untuk membantu pembinaan di sekolah kita juga meminta bantuan orang tua untuk melakukan pembinaan, semampu mereka misalnya ibunya Alwi Hervian ini adalah guru yang bisa bahasa Inggris sehingga dapat membantu menterjemahkan soal bahasa inggris. Selain itu juga membantu penyediaan buku-buku seperti yang dilakukan Bapak Abdullah syafiq pada waktu itu ikut mencarikan buku-buku standar olimpiade. Dalam pelaksanaanya pembinaan oleh orang tua lebih banyak difokuskan pada pembinaan mental dan spiritual di rumah. Pembinaan dengan luar juga pernah kami lakukan, pada waktu pertama kali membina kita yaitu dengan dosen UGM fakultas MIPA beberapa pertemuan, namun karena di rasa membutuhkan biaya yang cukup maka pada tahun selanjutnya kita lakukan sendiri untuk penguatan pembinaan dari propinsi.

Selain pembinaan di atas diperlukan juga pembinaan teknis perlombaan, pembinaan ini berisi pembinaan tentang bagaimana teknis penyelenggaraan OSN dari mulai penjaringan sampai ajang pelaksaan OSN, bagaimana bentuk soal tes atau materi tes, bagaimana trik dan tip cara-cara mengerjakan soal baik itu soal teori soal eksperimen, miusalnya ketika menjawab soal yang sulit diungkapkan dengan kata-kata bisa digunakan dalam bentuk bagan, gambar atau diagram. Selain itu atau peraturan-aturan tentang kompetisi OSN juga penting untuk menjadi bahan persiapan menuju OSN.

3.Pengawasan dan Evaluasi Pembinaan Olimpiade Sains
Pengawasan dan evaluasi dilakukan mulai dari perencanaan, proses pembinaan dan pelaksanaan OSN. Model pengawasan ini memang sifatnya tidak terjadwal, penawasan dilakukan dengan mengamati apa yang terjadi saat persiapan, proses pembinaan dan pelaksaan OSN misalnya bagaimana pola penyeleksian yang dilakukan atau melihat bagaimana proses anak peserta olimpiade dalam pembinaan yang ada di propinsi.

Dalam ajang OSN perlu juga pengawasan dalam bentuk pendampingan, Walaupun untuk SD pendampingan resmi sudah dilakukan oleh TIM pembina dari propinsi lebih baiknya dari sekolah ikut mendampingi peserta apabila perlu orang tua. Hal ini dilakukan dengan anggapan secara psikis dan emosional sangat membantu anak karena mereka masih anak-anak. Hal ini selalu kami lakukan walaupun dengan biaya yang cukup besar. Pendampingan siswa saat OSN selain untuk memberikan suport juga memberikan bantuan ketika anak mengalami gangguan baik itu fisik maupun mental. Seperti saat olimpiade 2005 dan 2006 murid saya yang mengikuti lomba sakit saat mau tes ke-2 kita bisa memberikan suport secara mental dengan memberi penenangan dan semangat lomba.

Pengawasan juga dilakukan oleh sekolah yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan koordinasi dengan koordinator pimbina OSN, sehingga ketika ada permasalahan dalam hal pembinaan sekolah dapat segera diatasi. Koordinasi ini penting seperti dikatakan oleh Mulyasa, E (2006:135) beliau mengungkapkan dengan koordinasi selaras antara guru dan kepala sekolah akan mewujudkan tujuan secara optimal.

Pengawasan dari orang tua di rumah dalam memantau belajar dan sikap juga membantu pembinaan lebih maksimal yang selanjutnya mengkomunikasikan dengan sekolah melalui tim pembina. Seperti yang sering kami lakukan walau hanya dengan komunikasi melalui sms namun itu sangat membantu kami sebagai tim pembina.

Setelah dilakukan pengawasan selanjutnya perlu evaluasi baik itu dilakukan oleh tim pembina maupun oleh sekolah. Misalnya ketika ada guru pembina kurang termotivasi dalam membina maka seorang kepala sekolah selalu memberikan semangat kepada guru-guru, seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah saya Achmad Solikin, S.Ag yang tahun 2009 menyandang kepala sekolah yang berprestasi tingkat nasional, beliau sering memberikan motivasi kepada guru-gurunya, yang paling saya ingat motivasinya adalah “ mengajar adalah salah satu bentuk ibadah” dan potongan ayat Al-quran yang sering beliau baca ketika rapat koordinasi hari Jum’at yang kurang lebih artinya “banyaklah bersyukur karena dengan bersyukur akan ditambah nikmatnya”.

C.Penutup
Pola pembinaan olimpiade sains di sekolah dasar menuju OSN di atas pada dasarnya adalah adanya persiapan yang memadai dan disusun dengan terencana sebelum pembinaan olimpiade, pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan dengan baik dan terkoordinasi dan perlunya adanya pengawasan dan evaluasi baik itu sejak dimulai pembinaan sampai ajang pembinaan OSN dari guru, sekolah atau komponen yang terkait. Dari gambaran di atas kita juga melihat bahwa kesusksesan pembinaan olimpiade tersebut tidak hanya semata-mata karena pelaksanan pembinaan olimpiade tetapi banyak faktor dari sumber daya manusia baik itu anak atau pembina olimpiade, manajemen sekolah, serta dukungan moral dan sipitual dari seluruh komponen pendidikan misalnya dinas pendidikan, pemda daerah, dan lembaga lain yang berkompeten.

Walau kondisi masing-masing sekolah dan wali murid tidak sama baik itu dilihat dari sumber daya manusia, manajemen sekolah atau kemampuan finansialnya, namun tidak ada salahnya apabila pola pembinaan di atas dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau model bagi sekolah lain yang akan mendakan pembinaan olimpiade di sekolah.

Sebagi penutup tulisan ini akan saya beri gambaran anak dari keluarga biasa saja dapat menjadi yang terbaik dalam ajang OSN. Yang pertama adalah Mukhtar Amin yang meraih The Best Overall, The Best Theory ternyata bapaknya adalah seorang pekerja bengkel dan Sosok Azzis Adi Suyono (17) yang meraih penghargaan The Best Absolute karena mampu meraih dua gelar sekaligus, yakni The Best Theory dan The Best Experiment untuk mata pelajaran Fisika, ternyata harus mengayuh sepeda setiap hari untuk pergi ke sekolah. Tak hanya itu, sulung dari dua bersaudara yang tinggal di Desa Kutawaru, Cilacap Tengah itu harus menaiki perahu untuk bisa mencapai sekolahnya, sebab dia harus menyeberang sungai untuk mencapai sekolah. Azziz juga mendapatkan penghargaan Satyalencana Wirakarya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diterimanya di Hotel Sahid Jakarta. Penghargaan Presiden itu terkait dengan prestasinya meraih medali emas dalam ajang Internasional Junior Science Olympiad pada Desember 2004 lalu di Jakarta (http://www.suaramerdeka.com). Begitu juga dengan Tri Ahmad Irvan peraih medali emas The Best Experiment tahun 2005 Ayahnya hanyalah seorang buruh tani yang tidak memiliki lahan sendiri. Hidupnya sangat bergantung pada orang-orang kaya pemilik lahan sawah untuk dia olah (http://www.suarakarya-online.com).

Daftar pustaka
Depdiknas. 2008. Olimpiade Sains Nasional Tingkat SD/MI. Jakarta : Depdiknas
Rajali Rasyis. 2006. Pembinaan Olimpiade sains Binaan IPA Tingkat Sekolah Dasar. Jakarta : Tim Pembina IMSO (makalah)
Kompas. 2006. Harian Kompas Edisi : Jum’at 8 September 2006. Jakarta (Media Masa)
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdhakarya
Rinda. 2008.Workshop Pengembang Jaringan Kerja Pembinaan Olimpiade dan lomba-lombakeilmuan.http://dikmenum.go.id/berita/workshop_pengembangan_jaringan_kerja_pembinaan_olimpiade_dan_lomba_lomba_keilmuan (tanggal 9 Januari 2010)
_________.2009. Prestasi SD Muhamadiyah Condongcatur Tingkaat Nasional dan Internasional . http://sdmuhcc-yogya.sch.id/index.php?pilih=hal&id=5 (tanggal 11 Januari 2010)
Widodo Prasetyo. 2006. Anak Pintar, Peraih Medali OSN dari Jateng Sederhana, Ulet, Lalu Jadi yang Terbaik. http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/10/nas05.htm l (8 Januari 2010)
Pudyo Saptono, 2009. Anak Petani Gurem Rebut Emas Olimpiade Sains Nasional. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=241138 (9 Januari 2010)

Biodata Penulis
Nama : Slamet Widiantoro, S.Pd
Tempat /Tanggal lahir : Sleman, 31 Juli 1977

0 comments:

Post a Comment

 

Universitasku Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates