Tuesday, June 26, 2012

0 Progresivisme dan esensialisme



  1. PROGRESIVISME
  1. Latar Belakang
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandaskan konsep – konsep filsafat tertentu, dan sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa amerika pada permulaan abad kedua puluh. Perkumpulan pendidikan Progresivisme ( the progressivisme education association ) didirikan pada tahun 1918, selama dua puluh tahun lebih Progresivisme merupakan “ jiwa” yang merasuki pendidikan bangsa Amerika.
Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Progresivisme anti terhadap otoritarianisme danabsolutisme dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam bidang kehidupana agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan. Karena itu progresivisme menyampaikan seruan pada para guru “ We all desire progress and hope for progress ran high immediately after the first world war “. Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual danmencakup cita – cita, seperti cooperation, yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi. Sebab itu progresivisme makin populer, banyak guru di Amerika pada saat itu menjadi pendukungnya.
Pada awal tahun 1944 the Progresivisme Education Association diusulkan untuk berubah nama menjadi The American Educatoin Fellowship. Progresivisme mengalami kemunduran setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik. Namun demikian, gerakan ini tidaklah mati sebab masih terus dilanjutkan melalui kerja individual oleh para pendukungnya seperti dilakukan oleh, George Axtelle, William O Stanley, Ernest Bayles, Lawrence G Thomas dan Frederich C Neff.

  1. filsafat pendukung yang melandasi
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat Pragmatisme dari John Dewey ( 1859 – 1952 ). Dewey memang merupakan orang yang paling dikenal mempengaruhi danberperan dalam rangka pendirian serta perkembangan progresivisme. Konsep – konsep yang melandasi Progresivisme bahkan berasal dari para filsuf yagn hidup pada zaman Yunani Kuno dan para filsuf lainya yang hidup kemudian sepeti, Heraklitos ( 536 – 470 SM ), Socrates ( 470 – 399 SM ), Phitagoras ( 480 – 410 SM ), W. James ( 1842 – 1910 ), Francis Bacon ( 1561 – 1626 ), Jean Jacques Rousseau ( 1712 – 1778 ), Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Hegel ( 1770 – 1831 ). Selain iut tokoh – tokoh pelopor bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine dan Thomas Jefferson pun telah memperngaruhi perkembangan Progresivisme.

  1. pandangan otologi
  1. Evolusionistis dan pluralistis
Progresivisme bersifat anti metafisika. Alam semesta yang disebut dunia memangdiakui adanya sebagai suatu realita, tetapi halini tidak dipandang sebagai suatu yang bersifat substansial. Ralita tidak ditafsirkan sebagai spirit atau ide atau atom atau tanah yang tergolong ke dalam doktrin metafisika, melainkan ditafsirkan sebagai suatu kenyataan di mana manusia berada, hidup dan proses kehidupan terus berlangsung. Progresivisme memandang eksistensi alam atau dunia dari sudut prosesnya. Sejalan dengan ini menurut Progresivisme tidak ada realitas yang umum, yagn ada hanyalah realitas khusus atau individual. Realitas tersebut diyakini tidak menetap alias selalu dalam proses perubahan. Implikasinya, realitas tidaklah kekal, tidak lengkap, dan tidak mempunyai kepastian. Realitas pada dasarnya pluralistis dan karena terus berubah maka ia memiliki akhir dalam proses perubahannya sendiri.

  1. manusia
progresivisme memandang manusia sebagai subjek yang bebas dan memiliki potensi inteligensi ( akal dan kecerdasan ) sebagai instrumnen untuk mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga  ia memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks, berubah dan berkembang. Intelegensi adalah alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Manusiaberinteraksi dengan lingkungannya, keduanya saling mempengaruhi dalam proses perubahan, perkembangan. Dalam evolusinya manusia harus berjuang untuk tetap survive.

  1. pengalaman sebagai realitas
  pengalaman adalah ciri dinamikahidup, sedangkan hidup adalah perjuangan pula, tindakan dan perbuatan oleh sebab itu maka pengalaman adalah perjuangan pula. Manusia sebagaimana juga makhluk –makhluk lain, akan tetap hidup dan berkembang jika ia mampu berjuang mengatasi tantangan dan masalah yang datang silih berganti dalam proses perubahan yang terus terjadi. Asas ontologi ini jelas didasarkan atas pengalaman karena itu jelas bersumber dari teori evolusi.
Pengalaman manusia mempunyai empat karateristik yaitu :
  1. pengalaman itu spatial : pengalaman selalu terjadi di suatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia.
  2. pengalaman itu temporal : sebagaimana alam, kebudayaan, pengalaman pun selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
  3. pengalaman itu dinamis : hidup selalu dinamis menuntut adaptasi dan readaptasi dalam semua variasi perubahan yang terjadi terus – menerus. Realita itu menuntut tindakan – tindakan dinamis yang bersifat alternatif – alternatif.
  4. pengalaman itu pluralistis :  pengalaman itu terjadi selua adanya hubungan dan antaraksi dalammana individu terlibat. Demikian pula subjek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya dengan seluruh kepribadiannya dengan rasa, karsa, pikiran dan panca indranya masing – masing sehingga pengalaman itu memang bersifat pluralistis.

  1. pengalaman dan pikiran
manusia memiliki fungsi – fungsi jiwa yang dikenal sebagai pikiran ( mind ) sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi, sepeti kecerdasan, kemampuan mengingat, imajinasi, memnuat lambang atau simbol – simbol, menghubung – hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, membuat gambaran masa depan. Semua itu memberikan kemungkinan ia dapat berkomunikasi atauberhubungandengan orang lain dan lingkungan lain yang lebih luas.
Pikiran bukan suatu entity tersendiri, demikian pula pengalaman, melainkan terintegrasi dalam kepribadian.  Terdapat kesatuan pikiran dengan pengalaman,adapun satunya pikiran dengan pengalaman adalah dalam perbuatan praktis.

  1. pandangan epistemologi
  1. sumber pengetahuan
progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya atau juga melaui pengalaman secara tidak langsung.
Proses memperolehtahu dalam pengalaman manusia dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu immediate – experience dan mediate – experience. immediate – experience yaitu ketika seorang memperoleh tahu dalam keadaan relaks, tenang, tanpa beban psikologis. Sedangkan   mediate – experience yaitu ketika seorang menjebatani antara keadaan kehilangan keseimbangan karena adanya masalah dengan adanya keseimbangan karena terpecahnya masalah.

0 comments:

Post a Comment

 

Universitasku Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates