Friday, July 3, 2009
0 GIZI SEIMBANG UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK YANG OPTIMAL
Gizi Seimbang Bagi Tumbuh Kembang Anak Yang Optimal WHO merekomendasikan konsumsi lemak sedikitnya 30% dari total energi dalam sehari bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak.
Asupan nutrisi yang tepat sangat diperlukan untuk tumbuh kembang anak yang
optimal. Setiap hari anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan nutrisi
tersebut dapat diperoleh dari variasi makanan yang dikonsumsi. Konsumsi lemak
hingga 30% dari total energi dalam sehari diperlukan juga untuk menyerap
vitamin-vitamin penting seperti A, D, E dan K secara maksimal.
Dr. Fiastuti Witjaksono MS, SpGK menyampaikan pada acara bincang-bincang hari
ini, "Masalah gizi anak sebaiknya mendapatkan perhatian khusus melihat masih
sering munculnya kesalah pahaman orangtua terhadap hal ini. Ada tiga masalah
gizi, yaitu: kurang gizi, kelebihan gizi dan salah gizi yang memiliki indikasi
dan akibat yang berbeda-beda. Untuk menghindarinya, maka komposisi seimbang
antara karbohidrat (45%-65%), protein (10%-25%), lemak (sedkitinya 30%) dan
berbagai macam vitamin lain mutlak harus diberikan kepada anak yang pada
akhirnya dapat membantu untuk mengoptimalkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kepandaian dan kematangan sosial."
Dr. Fiastuti melanjutkan bahwa perencanaan makan yang cerdas oleh orangtua
diperlukan juga demi terciptanya pola makan yang sehat, terkontrol dan
menyenangkan. Kuncinya adalah 3J: Jumlah kalori sesuai kebutuhan, Jadwal makan
yang teratur dan Jenis makanan dengan komposisi karbohidrat, protein dan lemak
seimbang, disamping nutrien spesifik yang terpenuhi. Beliau juga menambahkan
bahwa orangtua tidak perlu takut memberikan asupan lemak kepada anak selama
masih pada porsi yang dianjurkan.
Lalu, timbul pertanyaan tentang kiat-kiat mengontrol asupan anak bilamana mereka
berada di luar rumah atau di sekolah. Dalam mengatasi hal ini ada imbauan untuk
memberikan bekal yang sehat dengan nutrisi seimbang untuk membantu
orangtua mengawasi jenis makanan yang dikonsumsi anak. Dengan bekal, anak
tidak perlu jajan sembarangan, sehingga orang tua tidak perlu khawatir akan
pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang anak juga serta kebersihannya.
Daripada memberikan uang jajan kepada anak, orangtua dapat memberikan
penggantinya dalam bentuk bekal, sebab jajanan belum tentu terjamin nutrisi dan
kebersihannya, khususnya jajanan di luar sekolah. Hal ini patut menjadi
perhatian orangtua dengan adanya fakta yang mencengangkan dari hasil survei
Badan Pengawas Obat dan Makanan pada 4.500 sekolah di Indonesia selama 2007 yang
membuktikan bahwa 45 persen jajanan anak tercemar bahaya pangan mikrobiologis
dan kimia. Bahaya utama berasal dari cemaran fisik, mikrobiologi, dan kimia
seperti pewarna tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini meliputi makanan utama,
makanan ringan, dan minuman.**
Seorang pakar tumbuh kembang lain, Dra. Mayke Tedjasaputra mengatakan,
"Kebiasaan jajan harus dimulai dari pola makan keluarga dan salah satu cara
adalah membuat 'kudapan tandingan' yang tak kalah enak dari jajanan yang dapat
dibeli di luar. Sebagai upaya preventif, anak harus dikenalkan pada pola makan
sehat dan orangtua harus dapat dijadikan contoh atau panutan. Disamping itu,
sebagai upaya kuratif, orangtua harus dapat menata kegiatan makan, membuat
penganan bersama dengan anak, dan memperkenalkan anak pada berbagai jenis
makanan."
Sebagai kesimpulan, Dr. Fiastuti Witjaksono MS, SpGK dan Dra. Mayke Tedjasaputra
memberikan solusi bahwa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan menghindari
penyakit-penyakit yang tidak diinginkan, orangtua sebaiknya membuat variasi
bekal yang menarik dan inspirasional dalam bentuk, penataan dan rasa. Bekal yang
praktis dan mudah dibawa akan membuat anak tertarik dan pada akhirnya memakan
bekal tersebut. Dengan ini, para orang tua dapat memastikan bahwa anak mereka
telah mengonsumsi asupan gizi sesuai dengan jumlah yang disarankan.
*Berdasarkan data dari
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2003/pr32/en/
**Dikutip dari uraian Dedi Fardiaz, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya (BPOM) pada acara peluncuran Kerja Sama BPOM dengan Australian
Government Analytical Laboratory mengenai "Penerapan Sistem Keamanan Terpadu"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment