BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan
penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter
anak didik maupun masyarakat indonesia yang tidak sesuai dengan
pendidikan islam. Pemerintah indonesia pun kurang mengetahui dan
memahami tentang pentingnya pendidikan islam terhadap masyarakat
indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas
akan pentingnya pendidikan islam di masyarakat Indonesia, agar tercipta
anak-
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
- Apa hakikat pendidikan Islam (pengertian, tujuan, karakteristik, dsb)?
- Mengapa diperlukan pendidikan Islam?
- Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut
- Mengetahui dan memahami hakikat dari pendidikan islam.
- Mengetahui dan memahami sangat diperlukannya pendidikan islam.
- Mengetahui langkah- langkah menanamkan pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pendidikan Islam
2.1.1 Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran
sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan
transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan
pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di
samping transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum
yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan
pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam
inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang
harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna
yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang
dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam: informal, formal dan non formal. Hasan Langgulung merumuskan
pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik
hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan
Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air,
tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan
rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur
sapanya. Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan adalah
suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada
metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima
proses dan kandungan pendidikan tersebut.1
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk
pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian
disimpulkan lebih lanjut yaitu ” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan
ke dalam diri manusia”.Jadi definisi pendidikan Islam adalah,
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke
dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas
diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam
dimasukkan dalam At-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan
untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah
tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga
pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan
pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur
secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat
mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan
hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual,
maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam,
arti dari pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat
yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan”
merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan
tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan
adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah
seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.
Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam
kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus
berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan)
yang selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara
positif, dipujikan serta terpuji.
2.1.2 Karakteristik Dalam Pendidikan Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan
Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki
manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang
lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui
pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang
tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk
mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas
kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam
dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian
sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan
manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan
mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu
mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al
Mujadilah (58) : 11). Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim
yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu
muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu
mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka
akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun
sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan
pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia
cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera
menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang
dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu
mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang
mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada
akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya
sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah
kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan
metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah
manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari
ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
2.1.3 Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia
di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil
‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam
Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan
Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai
melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep
pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam
dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan
harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses
pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan
hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti
dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan
Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan
bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat,
shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal,
pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah.
Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar
ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta
segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,
pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan
rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia
dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan
masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
2.3 Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia
mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan
diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program
belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan
juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang
memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah
(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab
wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan
mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman
Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah
dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap
pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang
tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan
amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan
tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala
sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan
kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber
kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah
akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah
saja.Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang
diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan,
harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan,
sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik.
Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji
Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada
keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka
semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain
itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya
menjadi gaya hidup sehari-hari.
3.2
Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi
pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan
menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu
ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran
dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis
seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan
iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan
keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan
bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak
yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat
menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi
kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa
mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam
terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru
pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di
sekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada
anak didik. Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang
sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh
dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan
yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal,
penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting
untuk diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda
yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah.
Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan
oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja
yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di
sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara
mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat
perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan
akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang
bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi
generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan
konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh
karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat,
pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan
untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah
generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan
bahwa definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian
manusia kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan
untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam,
yakni beribadah kepada Allah swt.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member
motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir
hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam
QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.
3.2 Saran
Setelah membahas hakikat pendidikan islam ini. Maka kami berharap
pendidikan islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam,
khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan menanamkannya pada generasi
muda agar syari’at dan ajaran islam dapat di mengerti dan di pahami oleh
generasi muda dalam mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari- hari.
Download makaah lengkap clik
disini
DAFTAR PUSAKA
Arifin, Muzayyin, Prof., M.Ed.,
Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010
Ihsan, Hamdani, Drs, dan Ihsan, Fuad Ahmad, Drs.,
Filsafat Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2007
Zakiya Daradjat, Prof., Dr.,
Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1991
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan
penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter
anak didik maupun masyarakat indonesia yang tidak sesuai dengan
pendidikan islam. Pemerintah indonesia pun kurang mengetahui dan
memahami tentang pentingnya pendidikan islam terhadap masyarakat
indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas
akan pentingnya pendidikan islam di masyarakat Indonesia, agar tercipta
anak-
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
- Apa hakikat pendidikan Islam (pengertian, tujuan, karakteristik, dsb)?
- Mengapa diperlukan pendidikan Islam?
- Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut
- Mengetahui dan memahami hakikat dari pendidikan islam.
- Mengetahui dan memahami sangat diperlukannya pendidikan islam.
- Mengetahui langkah- langkah menanamkan pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pendidikan Islam
2.1.1 Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran
sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan
transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan
pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di
samping transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum
yang dihubungkan dengan Islam—sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan
pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam
inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang
harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna
yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang
dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain.
Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam: informal, formal dan non formal. Hasan Langgulung merumuskan
pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik
hasilnya di akhirat.
Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan
Islam. Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan
manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air,
tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan
rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur
sapanya. Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam.
Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan adalah
suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada
metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima
proses dan kandungan pendidikan tersebut.1
Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk
pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian
disimpulkan lebih lanjut yaitu ” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan
ke dalam diri manusia”.Jadi definisi pendidikan Islam adalah,
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke
dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.
Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas
diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam
dimasukkan dalam At-ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan
untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah
tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga
pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan
pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur
secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat
mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan
hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual,
maupun rohaniah seseorang.
Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam,
arti dari pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat
yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan”
merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan
tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan
adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah
seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan.
Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam
kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus
berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan)
yang selanjutnya mesti bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara
positif, dipujikan serta terpuji.
2.1.2 Karakteristik Dalam Pendidikan Islam
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan
Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki
manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang
lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui
pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang
tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk
mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas
kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam
dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian
sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan
manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan
mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi
keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu
mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al
Mujadilah (58) : 11). Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim
yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu
muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu
mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka
akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun
sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan
pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia
cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji
sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab,
“Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera
menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang
dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu
mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang
mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada
akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya
sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah
kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan
metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah
manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari
ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
2.1.3 Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia
dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang
selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia
di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil
‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam
Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan
Islam.
Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai
melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep
pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam
dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan
harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses
pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah
terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan
tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan
hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti
dalam surat a Dzariyat ayat 56 :
“ Dan Aku menciptakan Jin dan
Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan
bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat,
shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal,
pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah.
Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar
ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta
segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan,
pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan
rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia
dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan
masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
2.3 Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia
mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan
diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program
belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan
juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang
memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah
(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab
wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan
mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman
Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah
dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap
pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang
tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan
amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan
tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala
sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan
kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan.
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber
kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah
akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah
saja.Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang
diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan,
harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan,
sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik.
Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji
Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada
keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka
semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain
itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya
menjadi gaya hidup sehari-hari.
3.2
Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi
pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan
menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu
ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran
dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis
seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan
iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan
keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan
bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak
yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat
menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi
kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa
mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam
terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru
pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di
sekolah-sekolah baik formal maupun informal.
Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada
anak didik. Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang
sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh
dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan
yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal,
penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang
akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting
untuk diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda
yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah.
Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan
oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja
yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di
sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara
mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat
perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan
akhlakul-karimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang
bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi
generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan
konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh
karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat,
pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan
untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah
generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan
bahwa definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian
manusia kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan
untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam,
yakni beribadah kepada Allah swt.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member
motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir
hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam
QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.
3.2 Saran
Setelah membahas hakikat pendidikan islam ini. Maka kami berharap
pendidikan islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam,
khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan menanamkannya pada generasi
muda agar syari’at dan ajaran islam dapat di mengerti dan di pahami oleh
generasi muda dalam mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari- hari.
Download makaah lengkap clik
disini
DAFTAR PUSAKA
Arifin, Muzayyin, Prof., M.Ed.,
Filsafat Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2010
Ihsan, Hamdani, Drs, dan Ihsan, Fuad Ahmad, Drs.,
Filsafat Pendidikan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2007
Zakiya Daradjat, Prof., Dr.,
Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 1991