Friday, October 30, 2009

0 GANGGUAN HAID DAN SIKLUSNYA

Untuk memahami lebih mendalam tentang gangguan haid dn siklusnya sebaiknya fisiologi haid dan siklusnya dimengerti lebih dahulu. Saat mulai haid dinamakan menarche sedangkan saat berhentinya haid dinamakan menopause.
Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
1. kelainan dalam banyaknya darah dan lama perdarahan pada haid
a. hipomenorea atau menoragia
b. hipomenorea
2. kelainan siklus
a. polimenorea
b. oligomenorea
c. amenorea
3. perdarahan diluar haid
metroragia
4. gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid.
a. Premenstrual tension (ketegangan pribadi)
b. Mastodinia
c. Mittelschremz (Nyeri otot pada ovulasi)
d. Dismenorea

HIPERMENOREA
Adalah perdarahan haid yang lebih banyak atau lebih lama dari normal (> 8 hari)> sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasanya. Terpai hipermenorea tergantung dari penanganan mioma uteri.

HIPOMENOREA
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan / atau lebih kurang dari biasanya. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus, pada endokrin dll.adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.

POLIMENOREA
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (< 21hari). Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa disebut polimenorea atau epimenoragia.
Dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendek masa luteal. Sebab lain kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.

OLIGOMENOREA
Siklus haid lebih panjang, > 35 hari. Apabila siklusnya > 3 bulan disebut amenorea. Perdarahan biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, fertilitas cukup baik. Siklus haid biasanya dengan ovulatoar dengan masa proliferrasi lebih panjang dari biasa.


AMENOREA
Adalah keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian amenorea primer dan amenorea sekunder.amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongential dll. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dala kehidupan wanita, seperti gangguan gizim tumor, dll. Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tida keluar berhubung ada yang menghalangi misal pada ginatresia himenalis dll.

Klasifikasi Amenore Patologik
1. Gangguan Organik pusat
2. Gangguan kejiwaan
3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
4. Gangguan hipofisis
5. Gangguan gonad
6. Gangguan glandula suprarenal
7. Gangguan glandula teroidea
8. Gangguan pankreas
9. Gangguan uterus, vagina
10. Penyakit-penyakit umum

Rencana pemeriksaan
1. Pemeriksaan foto roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis pulmonum, dan dari sella tursika untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.
2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen yang dapat dibuktikan berkat pengaruhnya.
3. Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes mellitus.
4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika ada kemungkinan tumor hipofisis.
5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan untuk mengetahui adanya indometritis tuberkulosa.
6. Pemeriksaan metabolisme basal atau, jika ada fasilitasnya, pemeriksaan T3, dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula teroidea.

Tinjauan umum tentang penanggulangan amenorea
Tiap penderita harus diobati sesuai dengan sebabnya amenorea.
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang. Pengurangan berat badan pada wanita obesitastidak jarang mempunyai pengaruh baik terhadap amenorea dan oligomenorea.Pemberian teroid diberikan jika ada hipotiroidi. Sedangkan pemberian kortikosteroid hanya bermanfaat pada amenorea berdasarkan gangguan fungsi glandula suprarenal (penyakit Addison laten).
Terapi yang penting bila ada pemeriksaan ginekologi tiadak ada kelainan yang mencolok yang dapat menyebabkan ovulasi. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara, pertama pemberian hormon gonadotropin yang berasal dari hipofisis, dan pemberian klomifen.

GANGGUAN LAIN DALAM HUBUNGAN DENGAN HAID

A. DISMEMOREA
Dismenorea (Nyeri haid) mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan. Gangguan ini bersifat subjektif, berat atau untensitasnya sukar dinilai. Penyaki ini sudah lam dikenal, tetapi sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.
Dismenorea dibagi atas :
1. Dismenorea Primer (esensial, intrinsik, ideopatik), tidak terdapat hubungan dengan kelainan ginekologik.
2. Dismenorea Sekunder (Ekstrinsik, yang diperoleh, acquired) disebabkan oleh kelainan ginekologik.

Dismenorea Primer
Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang nyata. Terjadi beberapa waktu setelah menarche, biasanya 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan pertama setelah menarche umumnya bersifat anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri, rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terdapat pada perut bawah, tertapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri disertai dengan mual, sakit kepala, muntah dll.

Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab disminorea primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti.
Faktor penyebab dismenorea primer :
1. Faktor kejiwaan
2. Faktor Konstitusi
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
4. faktor Endokrin
5. Faktor alergi

Penanganan
1. Penerangan dan ansihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidakberbahaya untuk kesehatan. Pemberian nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi

2. Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering diberiakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, Ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi ini adalah menekan ovulasi. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin memegang peranan penting terhadap disminorea primer.
Yaitu indometasin, ibuprofen, dan naproksen. Seabaiknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.
5. Dilatasi kanalis servikalis
Dapar memberikan keringanan karena dapat memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat syaraf sensorik anatara uterus dan susunan syaraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat syaraf sensorik yang ada di ligamentum infundibulum) merupakn tindakan terkhir, apabila usaha-usaha lain gagal.

Disminorea Sekunder
Biasanya baru muncul kemudian yaitu jika ada penyakit yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti :
 Infeksi rahim
 Kista/polip
 Tumor sekitar kandungan
 Kelainan kedudukan rahim yang menetap
Ada juga yang disebut endometriosis , yaitu kelainan letak lapisan dinding rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada saat dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa.Endometriosis bisa mengganggu kesuburan.

B. PREMENSTRUAL TENSION (tegangan prahaid)
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

Etiologi
Etiologi premenstrual tension tidak jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrigen dan prgesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan dan kadang-kadang edema.

Penanganan
Untuk mengurangi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari agak dikurangi. Pemberian obat deuretik (Hidrokhlorotiazide 50 mg per hari ) untuk kurang lebih 5 hari dapat brmanfaat. Progesteron sinetik dalam dosis kecil dapat diberikan selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen. Pemberian testosteron dalam bentuk methiltestosteron 5 mg sebagai tablet isap dapat diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen; hormon androgen jangan diberikan lebih dari 7 hari dalam satu siklus.

C. VICARIOUS MENSTRUATION
Istilah ini dipakai untuk kasus-kasus tertentu yang jarang dijumpai, dimana terjadi perdarahan ekstragenital dengan interval periodik yang sesuai dengan siklus haid.
Vicarious menstruation dapat juga terjadi pada berbagai alat, seperti : lambung, usus, paru-paru, mammae, dan kulit.
Penangan dapat dilakukan apabila pada alat yang berdarah ada kelainan yang dapat diangkat atau diobati.

D. MITTLESCHMERZ DAN PERDARAHAN OVULASI
Mittleschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat ovulasi. Diagnosa dibut berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang, tidak menjalar, dan tidak disertai mualatau muntah.
Penangananya umumnya terdiri atas penerangan pada wanita yang bersangkutan.

E. MASTALGIA
Gejala mastalgia ialah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid. Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relatif dari kadar estrogen.
Terapi biasanya terdiri atas pemberian deuretikum, sedang pada mastalgia keras kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg perhari secara sublingual. Bromokriptine dalam dosis kecil dapat mengurangi penderitaan.

PERDARAHAN BUKAN HAID

Yang dimaksud adalah perdarah yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan yang menjadi satu, yang pertama metroragia dan yang kedua menometroragia. Dapat disebabkan karena kelainan organic pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.

Sebab-sebab organic
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebakan oleh kelainan pada :
a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, dll
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium dll.
c. Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu dll.
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium dll.

Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic dinamakan perdarahan disfungsional. Dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, tetapi lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.

Patologi
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hyperplasia endometrium karena stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus. Penjelasan ini masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional.
Akan tetapi penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atrofik, dll. Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekersi dan jenis sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang ovulatoar.

Gambaran klinik
Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional, dengansiklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).

Perdarahan anovulator
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.

Diagnosis
Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjukkan kearah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain-lain. Pada pemeriksaan pemeriksaan genekologok perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyababkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kahamilan terganggu).

Penanganan
Dapat diberikan :
 Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadar dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberika secara IM dispropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.
 Progesteron
Pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan per os 10 mg, yang dapat diulangi.

0 comments:

Post a Comment

 

Universitasku Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates