Sejak akhir minggu lalu, sejumlah pengguna BlackBerry di tanah air terusik. Karena tiba-tiba mereka tidak bisa lagi menggunakan layanan BlackBerry (BB)-nya. Mendadak PIN (Personal Identification Number)-nya tidak dikenali, dan otomatis layanan data yang biasanya dinikmati melalui handheld buatan RIM (Research In Motion) ini jadi mandul.
Dita, misalnya, harus menelan kejengkelan karena BB yang selama ini jadi alat bekerja maupun teman setianya baik untuk berkomunikasi maupun bersosialisasi melalui Facebook jadi bisu. "PIN yang di status beda dengan yang di body," jelas Dita yang mengaktifkan layanan BB-nya sejak 4 bulan lalu.
Saat ini ada banyak pengguna BB yang terjebak kasus seperti dialami Dita: PIN-nya tiba-tiba kena suspend. Bisa jadi mereka termasuk korban kloning PIN, yang terpikat membeli BB karena harganya jauh lebih murah daripada yang ditawarkan sejumlah operator telekomunikasi, partner resmi RIM dalam menjual BB di Indonesia, atau para pedagang yang menjadi rekanan operator.
Meskipun hal tersebut belum sepenuhnya benar. Karena ada sebuah toko penjualan handheld yang cukup terkenal dan reseller resmi penyedia layanan BB, menjadi korban juga. Untunglah sang toko berani memberikan solusi yang baik. Sepanjang konsumen bisa menunjukkan kuitansi pembelian di toko tersebut, maka dia memberikan pengganti dengan handled baru.
Memang bukan rahasia, ketika pasar BB marak di Indonesia, suplai resmi handheld tersebut tak bisa memenuhi permintaan pasar. Sehingga tak heran jika banyak juga reseller resmi yang kemudian belanja dari pelbagai sumber termasuk importir non-operator.
Fenomena Blackberry
BlackBerry memang jadi fenomenal sejak dua tahun belakangan ini. Siapa nyana handheld buatan Kanada ini -- yang 5 tahun lalu masih susah dijual di Indonesia-- kini laris bak sepatu Crocs.
Seperti booming Communicator sekian tahun lalu: banyak pengguna BB yang nyatanya hanya menggunakan alatnya hanya untuk menelepon dan kirim SMS. Ketika ditanya berapa nomor PIN-nya, mereka pun kebingungan. "PIN apa ya?" Begitu kerap terdengar.
Padahal BB bukanlah handphone biasa, tapi telepon genggam 'super'. Dan PIN adalah salah satu yang membedakan BB dengan handheld yang lain.
Sesuai hukum pasar, ada permintaan maka pasokanpun melimpah. Dalam hal ini harus diakui, kemampuan Indosat, Excelcomindo Pratama (XL), dan Telkomsel melayani pasar BB tidak sebanding dengan permintaan pasar, bahkan untuk kawasan Asia di mana permintaan lebih tinggi di bandingkan pasokannya.
Yang terjadi, BB pun mengalir deras masuk, memenuhi kebutuhan pasar yang sedang haus. Kerap disebut-sebut sebagai BB black market (BM) yang artinya tidak dilengkapi dengan garansi operator atau reseller resmi.
Bahkan ditemukenali jumlahnya lebih banyak dari yang dijual secara resmi oleh operator, yang total ada 200 ribuan. Ihwal lahirnya PIN atau IMEI (International Mobile Equipment Identity) 'palsu' itu kabarnya berawal dari raibnya sejumlah handheld BB dari gudang sejumlah operator dunia seperti Rogers, AT&T, dan beberapa operator lainnya beberapa waktu lalu.
Seperti yang diumumkan pihak T-Mobile pada 22 Januari 2008, "T-Mobile loses US$8.2 million in mobile phone robbery-warehouse burgled for 36,000 cellphones". Ketika itu dengan sigap, RIM memang telah memblokir PIN handheld yang hilang tersebut.
BlackBerry Aspal
Hal lain yang bisa dianggap memicu maraknya BB dengan PIN atau IMEI jadi-jadian adalah masuknya barang-barang rekondisi (refurbish), dan barang-barang yang di negara asalnya di katakan garansi 14 hari (14 days Warranty).
Barang-barang ini mungkin saja sudah bermasalah dari negara asalnya sehingga diperlukan kosmetik PIN dan IMEI untuk dapat menjadikannya 'hidup' dan layak untuk dijual kembali. Namun, bisa diduga, barang-barang 'haram' tersebut masuk ke pasar, dan memikat pembeli.
Soal IMEI dan PIN? Tak masalah. Karena di negeri China, kabarnya, banyak yang ahli mengkloning IMEI dan PIN persis dengan aslinya. Sehingga bisa jadi ketika pembeli BB aspal (asli tapi palsu) tersebut meregistrasi layanan BB-nya ke sistem RIM, diterima dengan mulus, dan semua fungsi BB berjalan normal.
Heboh PIN aspal yang melanda akhir pekan ini memang kabarnya dipicu oleh upaya pihak RIM untuk memperbaiki sistem sekuriti mereka. Mengindentifikasi paduan IMEI, PIN dan BSN (Board Serial Number) setiap BB yang sesuai dengan data RIM.
Jika ternyata ada BB yang ditemu kenali paduannya (nyawanya) tidak sesuai, otomatis akan diblokir. Sebuah upaya yang baik dari produsen handheld kaliber dunia. Hanya sayangnya, upaya ini memakan banyak korban, mereka yang tak tahu bahwa BB yang mereka pakai ternyata 'nyawanya' merupakan hasil kloning.
Solusinya
Sialnya, kasus ini, sepertinya hanya terjadi di Indonesia. Dan sangat disayangkan pihak RIM -- yang hingga saat ini tak memiliki cabang ataupun service center di Indonesia -- tak terdengar suaranya.
Di saat para pengguna BB yang merasa dirugikan kebingungan, maka salah satu yang jadi 'sasaran' adalah para operator seluler penyedia layanan BB seperti XL, Indosat dan Telkomsel. Padahal, mereka tak bisa memberikan solusi apapun dalam kasus ini. Sebab sistem yang bisa mendeteksi sebuah handheld BB valid atau tidak, ya hanya sistemnya RIM, bukan sistem operator.
Jika selama ini terkesan RIM masih bersikeras dengan sikap untuk tidak peduli dengan BB BM. Namun, dengan kasus ini mestinya RIM tak lagi bisa cuek. Para operator penyedia layanan BB, tak boleh hanya mementingkan pengembangan pasar, dan dengan terus bersaing memainkan harga layanan.
Kali ini mereka harus berkolaborasi, duduk bareng bersama RIM, menjelaskan kepada publik, bahwa mereka hanya menjamin 'kelangsungan hidup' layanan BB terhadap handheld yang dibeli melalui jalur resmi mereka.
RIM juga mesti memvalidasi produk yang diditribusikan melalui jalur resminya, serta memberikan garansi atas produk tersebut. Tidak seperti sekarang, garansi yang ada hanyalah keluaran toko. Regulator pun mestinya juga tak tinggal diam.
Semisal, dia bisa membuat aturan, setiap produk yang beredar di pasar Indonesia, harus memiliki perwakilan, atau minimal service center, sehingga konsumen juga punya kepastian terhadap layanan purna jual semua produk.
Sambil menanti respon nyata RIM untuk memelihara pasar di Indonesia, tak ada salahnya para peminat handheld BB lebih waspada lagi, saat berbelanja BB.
1. Jangan tergiur tawaran BB harga murah.
2. Membeli BB ke operator atau ke reseller resminya.
3. Cek apakah IMEI dan PIN yang ada di bodi sama dengan yang ada di status (bukan tempelan tambahan).
4. Atau bisa juga menanyakan ke operator tentang ke absahan nomor IMEI dan PIN BB yang akan dibelinya.
5. Untuk mendapatkan info tentang pengalaman penggunaan BB bisa diperoleh di sejumlah milis BB, misalnya id-blackberry@yahoogroups.com.
Sejatinya, BB yang dijual di pasar semuanya asli. Yang perlu dicek adalah apakah PIN dan IMEI-nya asli atau hasil kloning. Dan itulah yang perlu diwaspadai.
Tuesday, June 16, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment